Jakarta – Penelitian terbaru menunjukkan bahwa penurunan berat badan dan perubahan metabolisme. Dapat terjadi pada tahap awal demensia, yang ditandai dengan penurunan fungsi kognitif. Yang memengaruhi ingatan, pemikiran, dan kemampuan. Melaksanakan aktivitas seharihari, sering kali dialami oleh orangorang lanjut usia.
“Demensia berkembang selama bertahuntahun sebelum gejalanya tampak,” kata Tvtogel Zimu Wu, PhD, peneliti penyakit kronis dan penuaan di Universitas Monash, Australia, yang merupakan salah satu penulis studi tersebut.
“Studi ini menunjukkan bahwa penurunan berat badan dan perubahan metabolisme dapat terjadi pada fase awal,” tambahnya seperti yang dikutip dalam siaran Health pada 28 Februari 2025.
Dalam penelitian ini, para peneliti mengamati individu lansia yang sehat. Beberapa di antaranya mengalami demensia dan yang lainnya tidak. Selama 11 tahun untuk menilai bagaimana faktor risiko kardiometabolik. Seperti obesitas, kolesterol tinggi, diabetes, dan tekanan darah tinggi dapat menjadi indikator awal demensia di kemudian hari.
Studi yang dilakukan antara tahun 2010 hingga 2022 dan melibatkan hampir 5. 400 peserta ini memeriksa ukuran kesehatan kardiometabolik, termasuk indeks massa tubuh, lingkar pinggang, tekanan darah, serta kadar glukosa, trigliserida, LDL (kolesterol jahat), HDL (kolesterol baik), dan kolesterol total.
Pada akhirnya, ditemukan 1. 078 peserta yang mengalami demensia dan 4. 312 yang tidak mengalami demensia.
Peserta yang mengalami demensia memiliki indeks massa tubuh dasar yang lebih rendah dan mengalami penurunan indeks yang lebih dratis mulai setidaknya 11 tahun sebelum diagnosis demensia.
Selain itu, studi yang diterbitkan di JAMA Network Open edisi Februari 2025 ini menunjukkan bahwa mereka yang mengalami demensia memiliki lingkar pinggang yang jauh lebih kecil 10 tahun sebelum diagnosis.
Orang dengan demensia juga menunjukkan peningkatan kadar kolesterol. HDL yang lebih signifikan, terutama antara 11 hingga empat tahun sebelum diagnosis.
Walaupun hasil studi ini mungkin menunjukkan bahwa penurunan berat badan. Dapat meningkatkan risiko demensia, menurut Willa Brenowitz, PhD, MPH. Seorang ahli epidemiologi dan peneliti di Kaiser Permanente Center for Health Research, kenyataannya justru sebaliknya.
“Penurunan berat badan dikaitkan dengan demensia karena demensia menyebabkan penurunan berat badan,” jelasnya, merujuk pada “hubungan sebab akibat yang terbalik” antara penurunan berat badan dan demensia.
Menurut Wu, ada beberapa alasan yang dapat menyebabkan fenomena ini. “Penurunan berat badan mungkin menjadi tanda awal dari perubahan otak yang berkaitan dengan demensia yang memengaruhi nafsu makan, metabolisme, dan fungsi seharihari,” ungkap Wu.
“Perubahan gaya hidup yang terkait dengan perubahan otak ini, seperti kehilangan ingatan tentang waktu makan, kesulitan dalam menyiapkan makanan, serta berkurangnya aktivitas fisik dan keterlibatan sosial, juga bisa menjadi faktor penyebabnya,” tambahnya.
Peningkatan kadar HDL di antara mereka yang menderita demensia mungkin muncul sebagai respons tubuh terhadap perubahan fungsi otak yang sangat awal, menurut Wu.
Namun demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami hubungan pasti antara penurunan berat badan dan demensia beserta dasar penyebabnya.
Dalam banyak kasus, penurunan berat badan adalah hal yang umum dalam proses penuaan, dan tidak selalu menunjukkan bahwa seseorang akan mengalami masalah kognitif.
“Walaupun pola ini diamati, cara membedakan perubahan berat badan ini dari penuaan normal dalam konteks praktis berada di luar lingkup penelitian ini,” kata Wu, menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasinya.
Penurunan berat badan yang tidak disengaja harus dianalisis bersamaan dengan pengukuran lainnya, seperti tes kognitif, neuroimaging, dan biomarker, untuk menentukan apakah hal tersebut berkaitan dengan demensia atau faktor lain.
Jika seseorang mengalami penurunan berat badan dan menunjukkan tandatanda demensia, seperti perubahan dalam perhatian, penilaian, pemecahan masalah, atau kemampuan komunikasi, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
“Kesehatan kognitif sebaiknya dievaluasi jika terdapat alasan potensial lain yang perlu diperhatikan, seperti ketika seseorang menyadari bahwa dirinya atau anggota keluarganya mengalami lebih banyak masalah memori dibandingkan sebelumnya, atau perubahan kognitif lainnya,” kata Brenowitz.