Doom spending merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan tindakan mengeluarkan uang secara berlebihan. Perilaku ini terjadi ketika seseorang merasa stres, cemas, atau menghadapi situasi yang tidak pasti.
Doom spending bisa terjadi pada semua kalangan, termasuk di kalangan siswa.
Doom spending Angkaraja pada siswa biasanya terjadi ketika mereka merasa stres atau tertekan akibat beban sekolah seperti beban belajar dan tugas-tugas, tekanan sosial, atau bisa juga karena khawatir akan masa depan mereka.
Dalam situasi seperti ini, mereka bisa tergoda untuk menghabiskan uang jajan atau tabungan mereka untuk hal-hal yang hanya memberikan kepuasan instan, seperti membeli barang-barang yang tidak diperlukan misalnya gadget, pakaian, makanan mahal atau nongkrong di cafe /Mall, pembelian langganan streaming, top up game dan juga karena ikut-ikutan tren saja.
Dampaknya Situs Angkaraja dari Doom spending ini mungkin tidak terasa secara langsung, perilaku ini bisa memengaruhi kondisi finansial mereka ke depannya, terutama jika dilakukan secara terus-menerus tanpa pertimbangan matang atau pengelolaan keuangan yang baik.
Plus minus Doom spending
Setiap perilaku akan membawa konsekuensi, baik positif maupun negatif, termasuk dalam hal doom spending.
Plus dan minus dari Doom Spending dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Berikut penjelasan terkait kelebihan (plus) dan kekurangan (minus) dari perilaku ini:
Plus Doom Spending:
1. Melakukan pembelian secara berlebihan bisa memberikan rasa kepuasan sementara dan membantu mengurangi stres, kecemasan, atau tekanan emosional yang dialami atau bisa disebut semacam “pelarian” dari situasi yang membebani, terutama bagi para siswa yang mengalami beban sekolah atau adanya masalah pribadi.
2. Membeli sesuatu yang diinginkan terkadang bisa meningkatkan mood atau memberikan “suntikan” semangat baru.
3. Doom spending mungkin bisa berupa pembelian produk-produk yang mendukung tugas sekolah atau pengembangan diri, seperti buku, kursus online, atau alat bantu belajar, yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat jangka panjang.
Minus Doom Spending:
1. Doom spending dapat menyebabkan para siswa menghabiskan uang lebih dari yang seharusnya, sehingga mengganggu keseimbangan keuangan pribadi. Hal ini sangat berisiko bagi siswa yang mungkin belum memiliki pendapatan tetap atau tabungan yang memadai.
2. Setelah melakukan pembelian secara berlebihan, kemudian muncul perasaan menyesal karena barang yang dibeli ternyata tidak benar-benar diperlukan. Ini bisa saja malah menambah rasa stres atau frustrasi, terutama jika kondisi keuangan menjadi semakin menipis.
3. Pembelian yang berlebihan akan mengakibatkan adanya perubahan pemakaian dana yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan penting, seperti bayar sekolah, transportasi, atau tabungan.
Pada jangka panjang, perilaku ini dapat mengganggu stabilitas keuangan, terutama jika perilaku tersebut terus berlanjut.
4. Doom spending hanya memberikan solusi jangka pendek untuk mengatasi stres atau kecemasan yang sementara. Ini tidak menyentuh akar masalah yang menyebabkan seseorang merasa tertekan, sehingga bisa memicu siklus yang berulang tanpa menyelesaikan sumber stres.
Doom spending mungkin memberikan manfaat sesaat, tetapi memiliki lebih banyak dampak negatif jangka panjang, terutama dalam hal keuangan dan kesejahteraan emosional.
Bagi siswa, pentingnya mereka untuk belajar mengelola stres dan keuangan dengan lebih bijak agar tidak terjebak dalam siklus doom spending yang merugikan.
Bagaimana cara siswa agar terhindar dari Doom Spending?
Berikut beberapa tips dan trik yang bisa dicoba untuk mengatasi doom spending di kalangan siswa:
1. Buat anggaran yang jelas dan prioritaskan kebutuhan utama seperti makanan, transportasi, dan alat belajar.
Pisahkan antara kebutuhan dan keinginan. Misalnya, buku pelajaran lebih penting daripada gadget terbaru.
2. Coba untuk memisahkan uang dalam beberapa kategori (misalnya, makanan, hiburan, tabungan) dalam amplop fisik atau dompet elektronik. Ini membantu mengontrol pengeluaran.
3. Berikan jeda sebelum melakukan pembelian. Terapkan aturan 24 jam: tunggu sehari sebelum memutuskan apakah sesuatu benar-benar diperlukan.
4. Sebelum membeli sesuatu yang mahal, cobalah untuk membeli versi lebih murah atau alternatifnya. Ini memberi waktu untuk mempertimbangkan apakah barang mahal tersebut benar-benar dibutuhkan.
5. Ajak teman untuk melakukan kegiatan yang tidak memerlukan pengeluaran besar, seperti olahraga bersama, nonton film di rumah, atau belajar kelompok. Belajar menikmati pengalaman daripada mengejar barang-barang baru.
6. Jangan terpengaruh oleh gaya hidup orang lain karena itu bisa menjadi tekanan sosial tersendiri yang harus kalian hadapi.
7. Pelajari dasar-dasar pengelolaan keuangan, termasuk cara menabung dan berinvestasi. Banyak aplikasi keuangan yang bisa membantu siswa melacak pengeluaran dan mengatur keuangan secara lebih baik.
8. Jangan tergoda oleh diskon besar-besaran. Pastikan diskon atau promo tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhan.Tidak ada salahnya sebelum membeli cek ulasan atau bandingkan harga sebelum membeli, sehingga tidak mudah tergoda oleh iming-iming harga murah.
9. Buat tujuan keuangan jangka pendek dan panjang, misalnya menabung untuk liburan atau membeli barang yang benar-benar diperlukan. Ini membantu mengalihkan fokus dari pengeluaran impulsif.
10. Kalian bisa mencoba untuk mendiskusikan tentang masalah keuangan dengan orang tua atau teman yang bisa memberikan saran. Itu bisa membantu kalian untuk mengurangi rasa cemas dan mendorong perilaku konsumsi yang lebih bijak.
Mengelola doom spending membutuhkan kesadaran diri dan kedisiplinan. Dengan mempraktikkan beberapa tips di atas, siswa dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan dan terhindar dari perilaku konsumtif yang tidak sehat.