Jakarta – Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan bahwa para pengusaha kini lebih memilih untuk mengekspor kelapa bulat karena harga jualnya yang lebih tinggi, sehingga stok kelapa di dalam negeri berkurang.

Budi menjelaskan bahwa Kementerian Perdagangan telah mengadakan pertemuan dengan pelaku industri kelapa serta eksportir guna membahas tingginya harga kelapa.

Dari hasil pertemuan tersebut, terungkap bahwa harga kelapa untuk ekspor lebih tinggi dibandingkan dengan harga domestik, sehingga banyak pengusaha yang memutuskan untuk menjual stok mereka ke luar negeri.

“Memang harganya tinggi, karena diekspor. Harga ekspor jelas lebih mahal daripada harga di dalam negeri. Hal ini membuat kelapa langka di dalam negeri,” kata Budi di Jakarta pada hari Kamis.

Ia juga menambahkan bahwa pertemuan antara pelaku industri kelapa dan eksportir diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak terkait harga dan stok dalam negeri.

“Kita berharap ada kesepakatan yang lebih baik, karena kita juga memerlukan kelapa di dalam negeri. Namun, jika harganya terlalu murah, petani dan eksportir tidak akan mau. Kita akan mencari solusi yang lebih baik,” ujarnya CVTOGEL.

Menurut data Info Pangan Jakarta pada Kamis (17/4), harga rata-rata kelapa kupas atau bulat di Pasar Induk Kramat Jati mencapai Rp13. 769 per kilogram, dengan harga tertinggi mencapai Rp21 ribu per kilogram.

Di Pasar Senen Blok III-IV, rata-rata harganya adalah Rp13. 333 per kilogram, dengan harga tertinggi Rp15 ribu per kilogram. Sementara itu, di Pasar Grogol, harga rata-rata kelapa mencapai Rp10. 321 per kilogram dan harga maksimalnya mencapai Rp20 ribu per kilogram.

Di daerah Jakarta Barat, harga rata-rata kelapa adalah Rp17. 500 per kilogram, di Jakarta Pusat Rp15. 600 per kilogram, di Jakarta Rp16. 400 per kilogram, di Jakarta Timur Rp17. 500 per kilogram, dan di Jakarta Utara Rp13. 667 per kilogram.

You May Also Like

More From Author